Pages

Saturday, July 6, 2013

Dr. Ir. Yetti Rusli, M.Sc

Dr. Ir. Yetti Rusli, M.Sc 

Lahir : Bukit Tinggi, 21 November 1955

Pendidikan : 
  • Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan, IPB pada tahun 1978
  • Master of Science dalam bidang Forest Economics di University of Alberta, Canada pada tahun 1991
  • PhD di University of Washington USA di tahun 1999 pada bidang Natural Resource Economies. dibawah bimbingan Prof. Gerard F. Schreuder
  • LEMHANAS KSA Angkatan 13 pada tahun 2005



Karir : 
  • PNS di Badan Diklat & Penyuluhan Pertanian Departemen Pertanian - 1979
  • Kasubag Pengumpulan dan Pengolahan Data pada Biro Perencanaa Setjen - 1983. 
  • PNS diperbantukan kepada Sekjen Dephut - 1989
  • Kasubag Statistik Kehutanan pada bagian Data dan Statistik Kehutanan Biro Perencanaan - 1991. 
  • Kasubag Sistem Informasi pada Biro Perencanaan Setjen Dephut - 1994
  • Kepala Bagian Data dan Informasi - Biro Perencanaan Setjen Dephut - 1994. 
  • Staf pada Biro Perencanaan (Karya Siswa) - 1995
  • Kabid Kajian Kebijaksanaan Hutbun pada pusat Rencana Pengembangan Hutbun Badan Planologi - 1999 
  • Kebid Penyusunan Rencana Strategis pada Pusat Rencana Hutbun Baplan - 2000. 
  • Pj. Kepala Pusat Pembentukan Wilayah Pengelolaan dan Perubahan Kawasan Hutan pada Badan Planologi Kehutanan - 2001. 
  • Kepala Pusat Rencana Kehutanan pada Badan Planologi Kehutanan - 2002
  • Staf Ahli menteri Kehutanan Bidang Pembangunan Kehutanan - 2002
  • Kepala Badan Planologi Kehutanan RI - 2005
  • Staf Ahli Menteri Bidang Lingkungan RI - 2009
  • Staf Ahli Menteri Bidang Lingkungan dan Perubahan Iklim - 2010
  • Komisaris Utama PT Inhutani IV (Persero) - 12 Juni 2013 - Sekarang
  • Tenaga Ahli Bidang Pembangunan Kehutanan Hijau pada Sekretariat Jenderal Kementrian Lingkungan Hidup & Kehutanan RI 2016 - Sekarang
  • NPF/Vice Chief Technical Advisor for Forclime (Forest and Climate Change Programme) Financial Modul/KfW, Indonesia-Germany 2017- Sekarang

poem of
“TREES FOR BETTER LIFE”

Heal the world by planting trees
Planting more means absorbing more CO2
Planting more means produce more green products
These are the anchor of forest for climate change solution.. 
HEAL THE WORLD BY PLANTING TREES..


 ==========================

REDAKSI MAJALAH RIMBAWANI No. 18 April 2012
MENAMPILKAN TOKOH WANITA KEHUTANAN 
DR Ir. Yetti Rusli MSc.
“Kehutanan, Bidang Karir Yang Selalu Menantang”

Pengakuan Ibu Yetti bahwa pertemuan dengan Ibu Suharyanto pada siang itu membawanya kembali mengingat makna dan perjalanan seorang perempuan di bidang kehutanan yang sudah digeluti selama lebih kurang 33 tahun sejak menerima NIP sebagai Capeg di tahun 1979.  Berikut sekelumit hasil wawancara kami.

Bagaimana perjalanan Ibu menjadi wanita Kehutanan dan bagaimana peran orang tua dan dukungan keluarga?     

Perantauan dimulai ketika lulus dari bangku Sekolah Menengah Atas dikampung halaman, SMA I Bukittinggi. Di pengawal tahun 1974 dengan menumpang kapal  laut

Dari Teluk Bayur menuju Tanjung Priok Jakarta untuk suatu harapan pendidikan yang lebih baik dan menantang.  Pemahaman tentang pendidikan dari orang tua, Ayah (almarhum) sebagai PNS di POS dan Ibu (almarhumah) sebagai Guru, memperkuat hati saya untuk menyeberangi lautan yang semua asing bagi seorang anak desa. Anak desa yang dibesarkan dalam lingkungan budaya adat dan agama yang kental dan kuat, hanya dengan modal niat yang ikhlas disertai doa kedua orang tua menelusuri perjalanan panjang yang akhirnya menjadi suatu kenyataan. Semoga mengalir menjadi amal bagi keduanya.

Kecintaan terhadap profesi di bidang kehutanan seperti tidak pernah tergoyah-kan.  Dimulai dari pemahaman perkemba-ngan pembangunan Indonesia pada awal tahun tujuh puluhan yang dapat dipastikan tidak bisa mengabaikan bidang kehutanan. Memang terbukti bahwa Kehutanan menjadi tumpuan awal pembangunan ekonomi Indonesia (setelah minyak bumi).

Hal inilah yang membawa saya terdorong untuk mendalami ilmu kehutanan dari sisi ekonomi dan perdagangan internasional dengan mengambil S2 di Canada dan melanjutkan S3 di Amerika.

Perjuangan mendapatkan pendidikan strata dua dan tiga, tidak terlepas dari restu, dukungan dan pengorbanan suami dan anak-anak.  Dengan keikhlasan mereka lah, karir ini bisa saya jalani.  Insya-allah perjuangan yang juga tidak mudah dapat membawa makna dan manfaat bagi kami sekeluarga maupun bagi profesi saya sebagai seorang rimbawati Indonesia. Semoga segala kekurangan sebagai seorang istri dan ibu mendapat pintu maaf.

Bagaimana pendapat Ibu tentang tantangan profesi Kehutanan saat ini?


Terutama sejak Kementerian Kehutanan berdiri sendiri di tahun 1983, telah membawa kebangkitan ekonomi Indnesia, membuka isolasi daerah, serta menjadi pemungkin pengembangan demokrasi pemerintahan di daerah.

Era perubahan iklim yang ditandai berbagai kesepakatan dunia sejak KTT Bumi di Rio tahun 1992, merupakan  tantangan kedua untuk keberhasilan kehutanan nasional bagi dunia melalui ekonomi hijau. Memang terkesan tidak mudah menjelaskan betapa murni (genuine) pembangunan kehutanan dalam menyelamatkan bumi.  Profesional kehutanan harus mampu meyakinkan bahwa dengan menanam sebanyak-banyaknya, memelihara hutan dan mengelola secara lestari, serta memanfaatkan hasil sebagai produk hijau (green products) adalah jawaban untuk perubahan iklim. Dengan demikian Indonesia seyogyanya mampu menampilkan ekonomi hijau (UNEP, Toward Green Eco-nomy, 2011) ditengah galaunya dunia  menghadapi perubahan iklim dan me-nyelamatkan perekonomian. Dengan bergandengan tangan dalam persahabatan adalah kata kunci baik di tingkat nasional maupun global.

Bagimana liku-liku perjalanan karir Ibu, dan apa peran kehutanan dalam pembangunan bangsa kedepan?

Mengawali karir di Badan Diklat & Penyuluhan Pertanian pada tahun 1979, kemudian berlanjut di bidang perencanaan umum kehutanan, perencanaan kawasan, Staf Ahli Menteri bidang Pembangunan Kehutanan, Kepala Badan Planologi Kehutanan, serta Staf Ahli bidang Lingkungan dan Perubahan Iklim menghantarkan saya kepada keyakinan bahwa:

Hutan telah berperan menjadi kunci awal pembangunan ekonomi Indonesia,

Hutan akan terus menjadi tumpuan ekonomi hijau Indonesia (green eco-nomy)  kedepan yang mampu memberikan nilai kesejahteraan kepada masya-rakat, industri, dan sumber energi terbarukan (pro-poor, pro-growth, pro-environment).

Pada era perubahan iklim walau hutan Indonesia diombang ambingkan diantara berbagai pendapat, tapi sebagai profesional rimbawan harus mampu menjelaskan bahwa hutan adalah obat perubahan iklim. Dan profesi kehutanan adalah pahlawan bumi agar terhindar dari katastropi perubahan iklim.

Mencermati sejarah pembangunan kehutanan dari para senior rimbawan, memberikan keyakinan kepada saya bahwa Indonesia yang berada di wilayah tropis / khatulistiwa, harus menyadari bahwa hutan adalah  merupakan rahmat Allah SWT yang secara alami (by nature) jika dikelola secara lestari adalah untuk kemaslahatan  penduduk bumi.  Apapun yang dilakukan di bidang kehutanan, memelihara, menanam, memanfaatkan secara berkelanjutan dan menyediakan produk hijau adalah berperan menormalkan siklus karbon bumi (CO2 dan  perubahan iklim).

Apakah pembangunan kehutanan selama ini di artikan oleh beberapa pihak sebagai tindakan eksploitatif yang berlebihan, dan apakah dipahami atau tidak oleh generasi bangsa saat ini, kehutanan adalah kelompok sektor yang lebih awal mempunyai Undang-Undang (UU Pokok Kehutanan no 5 tahun 1967) yang menuntun pemerintah melaksanakan pembangunan secara bertanggungjawab. Sebagai contoh sektor yang pertama secara konsekuen melengkapi diri dengan sistem perpetaan, bahkan sebelum Nasional mempunyai  UU Tata Ruang tahun 1992. Dan sektor yang pertama di tahun 2006 mempunyai peta dasar seluruh Indonesia berbasis Citra Satelit.

Energi terbarukan berbasis biomasa belum menjadi topik bahasan kebijakan nasional, padahal konsep kayu energi (kayu bakar) sudah dikembangkan oleh kehutanan sejak lama. Potensi kedepan yang sangat besar untuk dikembangkan yaitu produk energi rendah CO2 berupa pellet kayu dan bahkan zero CO2 energi yaitu methanol dari kayu.

Contoh diatas menggambarkan bahwa semua aspek pembangunan kehutanan, mulai dari menananm, memelihara, memanfaatkan dan termasuk menghasilkan energi terbarukan dapat merupakan sumber ekonomi baru (green economy) bagi Indonesia.  Karena berada di daerah tropis dimana fotosintesa terjadi sepanjang tahun, maka Indonesia mampu menumbuhkan dengan jauh lebih cepat sebagai perannya dalam mewujudkan Global Green Economy secara signifikan.

Menurut Ibu bagaimana peran perempuan saat ini?

Keluarga besar wanita kehutanan yang terdiri dari Isteri karyawan, karyawati, dan mahasiwi kehutanan menjadi bagian penting untuk mensukseskan misi menuju hutan lestari untuk nusa dan bangsa melalui ekonomi hijau serta berperan dalam mnghadapi perubahan iklim global.

Keyakinan Kartini  tetap menjiwai semangat perempuan Indonesia untuk tampil mengambil peran dalam kehidupan keluarga, bangsa dan negara bahkan dunia..       Semoga….(Ny Suharyanto)

Sumber :
Majalah RIMBAWANI No. 18 April 2012 (ISSN 1412-8179)

0 comments:

Post a Comment

Silakan memberikan komentar :) terimakasih sudah berkunjung ke forestforlife.web.id